Blogger

Rabu, 27 Maret 2013

Cerpen

 
               “Orang Tua Yang Berhati Emas”
 
 
 
Dulu kadang Sinta pernah berangan-angan, alangkah senangnya bila mempunyai mama seperti mamanya Ranti. Selalu rapi, bersepatu hak tinggi dan bekerja di kantor. Atau seperti mamanya Fitri  Langsing, rambutnya sebahu, Dan selalu berpenampilan yang modis serta gayanya yang selalu berpaikan serasi antara pakaian dan make-up nya dan bekerja sebagai Bidan di Rumah Sakit. Beda sekali dengan mamanya Sinta sendiri yang selalu memakai celana panjang dan kemeja, tubuhnya yang gemuk, serta rambutnya yang dipotong seperti laki-laki. Mama Sinta  Memakai make-up dan lipstik bila ingin pergi kepesta saja. Sebaliknya beda sekali dengan papa-nya  sinta yang yang selalu berkemeja lengan panjang, berdasi, dan mengendarai mobil dinas, di mana papa-nya sinta bekerja sebagai seorang anggota DPR. Di dalam hati Sinta yang paling dalam merasa heran, mengapa papa mau menikah dengan mama ? bahkan sangat menyayangi mama.Tiap pulang kerja papa selalu menanyakan mama, sinta pun selalu bertanya-tanya mengapa papa sangat menyintai mama.
Hari ini sinta pulang sekolah lebih cepat karena ada rapat guru. Lalu mama Sinta mengajak sinta untuk makan di Restoran yang tidak jauh dari rumahnya, Dikarenakan mama Sinta tidak masak hari ini dikarenakan tadi mama buru-buru ingin mengantarkan nenek kerumah sakit. Ketika diperjalan Sinta dan mamanya bertemu dengan seorang ibu-ibu yang sedang meminta-minta di jalanan, lalu ibu-ibu itu menghampiri Sinta dan mamanya, ibu-ibu itu meminta sedekah untuk membeli makanan, mamanya Sinta merasa ibah dan kasihan. lalu mama sinta langsung memberikan Rp 50.000 kepada ibu-ibu itu,. ibu-ibu itupun berterima kasih seIelah itu langsung pergi melanjutkan perjalanannya, Sinta pun tak sabar lagi rasa nya ingin tiba di restoran dan memakan makanan kesukannya yaitu ayam goreng, kentang goreng, puding, dan minuman yang menyengarkan. Beberapa menit kemudian tibahlah Sinta dan mamanya di Restoran langgananya.dan sinta dan mamanya pun di antarkan duduk oleh pelayan restoran, dan langsung saja pelayan restoran itu menanyakan menu yang akan dipesan oleh mama dan Sinta, Sinta langsung saja memesan ayam goreng, kentang goreng serta puding dan secangkir Jus Melon, sedangkan mama Sinta memesan Udang saos Tiram, dan Pindang pegagan, dan secangkir jus jeruk. Setelah mereka memesan Pelayan itu pun segera menuju ke dapur untuk mengambikan pesanan Sinta dan mamanya.
Sambil menunggu pesanan mereka bercerita tentang kegiatan yang Sinta lakukan di sekolah tadi. Lalu tiba-tiba mama-nya Sinta melihat dari kaca jendela 2 anak yang sedang mengamen di depan jalan raya Restoran itu. Ibu Sinta pun menyuru Sinta untuk memanggil ke 2 anak pengamen itu untuk masuk kelestoran dan makan bersama mereka, Sinta tidak mau memanggil ke 2 anak pengamen itu, karena Sinta merasa malu membawa anak-anak kumal masuk ke dalam Restoran, dan Sinta merasa cemas apa bila nanti bertemu dengan teman-temanya yang akan makan kelestoran ini juga. Mama Sinta hanya tersenyum dan menggelengkan kepala kepada Sinta lalu menjelaskan kepada Sinta, “ Sinta anak-anak itu juga manusia sama seperti kita, mereka cuma kurang beruntung. Mereka juga butuh makan seperti kita, kita harus saling membantu sesama umat muslim, di mata Tuhan kita semuanya sama tidak dibedakan mana yang kaya dan mana yang miskin tetapi amal kebaikan kita la yang menjadi penolong kita diakhirat nanti. Biarlah kita sekali-kali memberikan sedikit kebahagian kepada mereka, kata mama” Sinta pun langsung bergegas memanggil pengamen itu untuk masuk dan makan bersama mereka, pengamen itu pun tak menolak lagi ajakan Sinta.
Setelah pengamen itu masuk dan duduk di dekat Sinta dan mama-Nya Sinta, Mama pun menanyakan nama mereka berdua, ternyata namanya Doni dan Dodi mereka kakak beradik, orang tua mereka telah meninggal sewaktu mereka masih kecil.  Tanpa becerita panjang lebar mama pun  langsung memesan makanan dan minuman yang sama seperti Sinta yaitu ayam goreng, kentang goreng ,nasi, dan pudding beserta 2 jus melon, setelah pesanan semuanya sudah dihidangkan mama pun mempersilahkan mereka makan bersama-sama tanpa rasa malu-malu, Tiba-tiba pengamen itu berkata pada mama. “ ma boleh tidak Doni dan Dodi makannya 1 piring berdua saja 1 Piringnya lagi punya Dodi mau Dodi kasikan sama teman Dodi Yang lagi mengemis di pasar” Sinta dan mama terharu mendengar perkataan Doni dan Dodi ternyata walaupun mereka anak jalanan tetapi mereka mempunyai rasa setiakawan yg besar. Mereka tidak tega melihat temannya yang masi meminta-minta di jalan untuk membeli makanan, sedangkan mereka makan di restoran mewah.
Seketika saja mama berkata kalian tidak usah memikirkan teman kalian, kalian makan saja sepuasnya di sini sampai kalian kenyang, kalau masalah teman kalian nanti mama akan bungkuskan saja sehingga kalian bisa memberikan makanan dan minuman yang sama seperti kalian, Dodi dan Doni  itu pun lalu merasa tidak enak kepada Sinta dan mama karena telah merepoti mereka. Mama berkata tidak apa-apa mumpung mama lagi dapat rezki, mungkin rezki  ini untuk kalian juga. Doni, Dodi dan sinta pun  merasa terharu melihat sifat mama, mamapun Cuma tersenyum. Namun dalam hati Sinta sangat bangga mempunyai mama yang baik Hati. Akhirnya mereka berempat pun mulai makan dengan lahapnya. Setelah makan Dodi dan Doni tidak lupa mengucapkan terimah kasih kepada Sinta dan mama, setelah itu Doni dan Dodi pun pamitan pulang dan juga tidak lupa ia membawa makanan yang telah dibungkuskan mama Sinta untuk temannya. Setalah dari situ mereka pun pulang kerumah masing-masing.
Tidak lama kemudian Sinta dan mama pun Tiba di rumah untuk beritirahat, Sore harinya papa Sinta pun pulang dari bekerja Sinta pun langsung menceritakan kejadian siang tadi kepada papa-Nya, lalu papa Sinta berkata “sejak dulu memang mama mu dikenal orang berhati emas mamamu selalu baik kepada orang, mamamu juga selalu membantu orang yang selalu mendapat kesulitan, itulah sebabnya papa menikah dengan mama”. Mendengar perkataan papa Sinta pun langsung tersenyum. Dan merasa hangat mengalir di hatinya. Sinta merasa bangga mempunyai mama sebaik mamanya, sambil membayangkan mamanya yang sedang tersenyum yang masi tampak cantik walaupun tidak memakai lipstik, make-up, dan berdandan modis. Sifat mama Sinta yang berhati emas membuat angan-angan Sinta untuk mempunyai mama seperti mama-Nya Ranti dan Fitri pupuslah sudah, terbang hilang entah kemana.